Minggu, 03 Februari 2008

Pasuruan Menangis

Banjir yang melanda kota Pasuruan pada akhir bulan Januari itu merupakan banjir yang paling besar yang pernah dialami oleh warga Pasuruan. Banjir hingga mendekati dua meter lebih untuk daerah kecamatan Bugul Kidul. Bahkan di beberapa tempat yang lebih rendah dari jalan mencapai 3 meter.

Banjir yang benar-benar mendadak ini salah satunya penyebabnya dikarenakan luapan Sungai Welang, Gembong, dan Rejoso yang mengalir dengan cepat menuju kota Pasuruan. Akibatnya banjir tak terelakkan.

Luapan air di tiga sungai ini terjadi karena Taman Hutan Rakyat R. Soerjo dan pegunungan di Pasuruan bagian timur rusak. Akibatnya, daerah resapan air ini tidak mampu menampung air saat hujan turun. Hutan yang rusak itu tak bisa lagi menahan laju air. “Ini yang menyebabkan banjir,” kata Gubernur Jawa Timur Imam Utomo di Pasuruan kemarin.

Persoalannya ada pada penebangan pohon. Daya pohon untuk menahan air agar tidak cepat mengalir telah berkurang karena penebangan hutan pada dekade ini. Bukan hanya itu penebangan hutan yang terjadi juga menyumbangkan untuk mempercepat terjadinya Global Warming. Akhirnya kadar karbon dioksida meningkat dan bukan hanya kutub-kutub bumi saja yang meleleh menyatu dengan air laut. Tapi juga Alaska dan Greenland. Pulau yang tenggelam pun akan terjadi jika hal ini terus dibiarkan. Apalagi Indonesia yang penuh dengan banyak pulau.

Banjir yang melanda Pasuruan pada Rabu malam lalu telah meresahkan masyarakat. Lalu lintas pun terhambat. Ketika Anda dari Bangil keluar beberapa kilometer jalan sudah di tutup untuk menuju Pasuruan. Begitu juga dengan dari Purwosari ke Pasuruan. Kota Pasuruan seperti kota yang terisolir tak bisa dilewati dari arah manapun.

Kerusakan infrastruktur dan fasilitas umum ini menyebabkan kerugian hingga Rp 5,8 miliar. Ini pun masih bersifat sementara.

Tidak ada komentar: